Dunia Barat mencela perilaku orang-orang Dunia Ketiga yang
punya istri lebih dari satu; mereka memandang poligami sebagai perilaku kaum
maniak seks. Bagi umat Islam, pendapat semacam ini sama dengan hinaan karena Nabi
Muhammad SAW beristri 9 orang. Mereka memandang rendah pilihan hidup Nabi
Muhammad lantaran tidak tahu bahwa beliau hanya mencintai 1 perempuan (istri
pertama beliau, Khadijah binti Khuwailid) saja selama 25 tahun usia perkawinan
mereka. Beliau tidak berpoligami ketika masih berusia muda dan fit secara
fisik, melainkan ketika beliau sudah berusia 50 tahun atau 5 tahun setelah
wafatnya Khadijah yang lebih tua 15 tahun dari Nabi Muhammad.
Akibat sebuah perang besar, yaitu Perang Uhud, banyak pria Arab
tewas dalam pertempuran. Istri-istri mereka menjadi janda, dan anak-anak mereka
tidak berayah. Di zaman kuno tidak ada lowongan kerja untuk perempuan, maka
para janda tidak bisa bekerja untuk menafkahi anak-anak mereka dan hidup dalam
kemiskinan.
Nabi Muhammad menikahi salah satu janda akibat Perang Uhud,
Zainab binti Khuzaimah, untuk meringankan penderitaannya. Pernikahan itu awalnya
dimaksudkan sebagai contoh agar para pria di sekeliling Nabi Muhammad di masa
itu juga melakukan hal yang sama demi menolong janda-janda lainnya.
Para cendekiawan Muslim menuturkan bahwa Nabi Muhammad
berpoligami bukan demi tujuan tidak berselingkuh dengan perempuan lain (salah
satu argumen justfikasi poligami yang sering kita dengar), melainkan demi
menjaga martabat seorang janda dalam kehidupan bermasyarakat. Tidak dapat
dipungkiri bahwa sebuah kepingan peradaban masa lalu menganggap janda sebagai
barang bekas dipakai orang lain, sehingga tidak layak dinikahi apalagi diberi
nafkah.
Lain dulu lain sekarang. Latar belakang poligami berkembang
seiring waktu, demikian pula suara-suara yang menentangnya. Di tengah tingginya
angka perceraian saat ini, kesetiaan bagaikan emas. Mereka yang yakin monogami lebih
baik, tentu akan sakit kepala bila menyaksikan kehidupan beberapa perempuan baik-baik
saja meski suami
mereka menikah lagi.
Vladimir Putin
Presiden Rusia Vladimir Putin berhasil
membawa negerinya keluar dari situasi carut marut untuk kembali menjadi
kekuatan dunia yang diperhitungkan, sehingga dirinya dinobatkan sebagai Person of
The Year 2007 oleh majalah Time. Namun, Putin sosok berbahaya dan bukanlah
pribadi baik-baik, tulis editor pelaksana Time, Richard Stengel.
Menurut Stengel, Putin perlu diwaspadai karena ia
memprioritaskan stabilitas di atas kebebasan sipil; menurutnya inilah yang
dibutuhkan Rusia meninggalkan bayang-bayang Uni Soviet dan gang-gang buntu di
mana hantu itu bersemayam. Dan ia berhasil; ekonomi Rusia maju pesat berkat minyak,
gas alam, gandum, dan berbagai komoditas. Setelah membiarkan pintu terbuka
lebar-lebar bagi investasi asing dari Eropa dan Amerika dalam waktu sekitar 20
tahun sejak ia berkuasa, Putin memutuskan untuk putar
balik. Kita menyaksikannya dalam bentuk operasi militer khusus Rusia di
Ukraina 24 Februari 2022 berikut ribuan sanksi
yang menyertainya.
Seperti pemimpin dunia manapun, Putin sudah punya banyak haters jauh sebelum rudal pertama Rusia
mendarat di Ukraina. Bila Anda belum tahu, para haters ini biasanya menentang pandangan konservatif Putin terkait
identitas nasional Rusia dan nilai-nilai keluarga. Pernikahan
sesama jenis dan transgenderisme adalah perilaku menyimpang yang wajib dijauhi,
bahkan dipenjarakan, menurut undang-undang Rusia. Situasinya relatif tidak berbeda
dengan pandangan beberapa negara Islam.
Alasan Putin, demi melindungi nilai-nilai tradisional dan
identitas nasional Rusia, sebenarnya sangat wajar dan dapat dipahami hampir
siapa pun. Meski tujuannya adalah terciptanya negara kesejahteraan (welfare state), tidak sedikit anak muda
Rusia yang sangat anti Putin, termasuk band punk cewek Pussy Riot. Ulah vandal band ini 2012 silam berujung hukuman dua
tahun penjara bagi dua anggotanya, tetapi berkat amnesti pada
Desember 2013 mereka bebas sebelum waktunya.
Kekokohan Vladimir Putin dalam sudut pandang berbagai media
Barat mengisnpirasi terciptanya ratusan meme dan karikatur sindiran tentang
dirinya. Inilah manifestasi kebebasan berekspresi yang mendorong kita untuk mengabaikan
fakta bahwa Putin juga manusia. Lahir dari keluarga sederhana yang harmonis,
Vladimir kecil juga nakal seperti kita semua. Ia beruntung karena salah satu gurunya
di Sekolah Dasar menafsirkan kenakalannya sebagai ciri-ciri seorang pemimpin
hebat di masa depan.
Sebagaimana lelaki Rusia pada umumnya, Putin menaruh hormat
pada perempuan yang anggun, mampu menjaga martabat keluarga, suka berolah raga,
setia pada pasangan, sopan, cerdas, sayang anak, dan mahir dalam urusan rumah tangga.
Perempuan yang terlalu dominan dalam kehidupan berpasangan, atau di lingkungan
profesi, dipandang
menakutkan bagi para lelaki Rusia. Dengan adanya “nilai-nilai tradisional”
ini, kita bisa memaklumi pandangan Presiden Putin tentang gerakan feminisme di
Rusia . Sialnya, di tengah konflik geopolitik Eropa Timur, gerakan itu dimanfaatkan
musuh-musuh Rusia dengan tujuan menyerang dari dalam.
Abu-Abu
Manusia cenderung tidak merasa nyaman menghadapi sesuatu
yang samar-samar, di saat yang sama, konsep Ketuhanan juga samar-samar karena
hanya berlandaskan keyakinan manusia itu sendiri. Maka ada segolongan orang
yang menolak konsep ini dan menyatakan diri sebagai kaum ateis.
Sebuah bangsa religius mungkin akan menganggap mereka
sebagai anak-anak yang tersesat, meski ada sebagian kecil kalangan religius
yang menghargai pilihan hidup kaum ateis. Sri Sri Ravi Shankar, pemimpin
spiritual dan praktisi yoga kawakan dari India, membeberkan tentang baik atau
buruk seseorang tidak ditentukan oleh apa yang mereka yakini (parafrasa dari versi
aslinya).
Kemajuan teknologi informasi Amerika dibayar dengan semakin
sempitnya ruang pribadi masyarakat, algoritma menjadi tongkat sihir
sekelompok orang untuk mengendalikan kebiasaan sekelompok orang lainnya tanpa
berinteraksi langsung dengan mereka. Mendobrak masuk dalam privasi seseorang
bisa menimbulkan perasaan terganggu, kehilangan kebebasan, malu, kurang nyaman;
atas nama ekonomi mereka mengabaikan hak manusia untuk memiliki kehidupan
pribadi yang tidak harus diketahui orang lain. Ketika demokrasi memberikan
kebebasan ekonomi seluas-luasnya kepada kita untuk meraup keuntungan, bukankah
seharusnya para karyawan sektor teknologi Amerika terhindar dari pemecatan karena
perusahaan mereka mengantongi banyak uang berkat kebebasan itu?
Di sisi lain, berbagai platform teknologi informasi menyebarkan kisah tentang
mereka yang mendambakan kebenaran selalu menang melawan kejahatan, bahwa
golongan hitam akan selamanya berperilaku buruk dan golongan putih lebih suci
dari mereka. Bahwa di hari akhir nanti hanya orang baik dan beriman yang
bahagia, sementara orang jahat dan tidak beriman akan sengsara. Bahwa mereka
yang terlibat perang adalah para zombie haus darah, sementara yang tidak adalah
para pahlawan. Lalu ada di pihak mana Lockheed Martin (produsen peralatan
tempur nomor satu dunia asal Amerika Serikat) dalam hal ini, misalnya?
Sebagai bentuk dukungan untuk Ukraina, Amerika Serikat dan
para sekutunya yang didominasi negara-negara Eropa sepakat mengucilkan Rusia
dari akses finansial dan perbankan, perdagangan, sektor energi, pertanian, teknologi,
sampai olahraga internasional, film dan seni sejak 2022 lalu. Namun, mengapa
semua itu tidak mengakhiri perang Ukraina secepat yang diharapkan, mengapa kebangkrutan
dan chaos massal yang seharusnya
hanya terjadi di Rusia malah meluas ke banyak tempat di seluruh dunia?
Bukankah seharusnya tatanan dunia yang lebih adil dan
sejahtera tercipta ketika si jahat sudah dihukum seberat-beratnya?