Sabtu, 10 Juni 2017

Kesalahan Terbesar

‘And if you don’t believe the sun will rise, stand alone and greet the coming night in the last remaining light.’ (Chris Cornell) 

Seorang pecinta musik rock mengatakan, adalah alternative rock yang patut dipersalahkan sebagai biang surutnya kejayaan musik rock di era 90-an. Kalau melihat sejarah, alternative rock 90-an (untuk membedakannya dengan pendahulunya, gelombang alternative rock 60-an) mulai menggila sebagai respon atas kejenuhan pasar musik rock yang saat itu dikuasai dua nama besar, Metallica dan Guns N’ Roses. Black Album dan Use Your Illusion I & II merajai chart top album di berbagai negara. Pencapaian dua super grup ini bisa dibilang sebagai klimaks, dalam hal penjualan album maupun musikalitas belantara rock. Namun, Brahmagupta (astronom India yang karya-karyanya banyak mempengaruhi ilmu matematika Arab di abad ke-9) dalam teori gravitasinya mengatakan, ‘The earth is the only low thing, and seeds always return to it, in whatever direction you may throw them away, and never rise upwards from the earth‘ (Bumi adalah satu-satunya yang terendah, dan benih selalu kembali kepadanya ke arah manapun engkau melemparkannya, dan tidak akan pernah jauh meninggalkan bumi). Singkatnya, apa saja yang terlontar ke atas pada akhirnya akan jatuh kembali ke tanah.

Anda yang menghabiskan masa remaja di era 90-an tentu masih ingat seperti apa kehidupan sosial, politik, dan budaya di sekitar pada saat itu. Kita di sini hidup ‘baik-baik saja’ tanpa kekurangan. Butuh waktu beberapa tahun sebelum akhirnya kita sadar bahwa semua itu adalah tabir yang dikenakan rezim lama. Saat itu di luar sana ada banyak gejolak. Ada runtuhnya Tembok Berlin. Ada juga Perang Teluk yang berakhir dengan kemenangan Amerika Serikat. Namun, sebelum para tentara AS berangkat ke Kuwait di tahun 1992, para pebisnis negara itu tengah gelisah akibat resesi ekonomi di awal  90-an yang merupakan rentetan dari Black Monday di tahun 1987. Apa itu Black Monday? Ini adalah sebuah fenomena jatuhnya harga saham di seluruh dunia pada saat bersamaan. Mengapa? Satu alasan utamanya adalah akibat praktek program trading yang tak terkendali. Apa itu program trading? Suatu teknik yang digunakan dalam sekuritas untuk memperdagangkan lima belas atau lebih saham dalam waktu bersamaan pada kondisi tertentu. Tujuannya jelas, yaitu untuk menjual sebanyak mungkin saham dalam waktu singkat dan meraup untung sebanyak-banyaknya. Dampak resesi juga terasa di beberapa negara seperti Inggris, Australia dan Selandia Baru. Bubarnya Uni Soviet di 1989 juga membawa Finlandia ke dalam resesi karena terjadi penurunan perdagangan dengan Rusia hingga 70%. 

Manakah yang lebih enak, susah dulu baru senang atau senang dulu baru susah? Apapun yang terjadi lebih dulu, akan selalu ada yang namanya masa transisi. Sebuah masa atau periode waktu yang tidak terlihat secara fisik dan diciptakan sendiri oleh pola pikir manusia sebagai bentuk kejeniusannya untuk beradaptasi dengan perubahan. Kaum muda 90-an dipaksa menghadapi dua masa transisi. Yang pertama adalah masa transisi yang terjadi di luar diri mereka, yaitu perubahan dari hidup enak menjadi hidup serba sulit akibat resesi. Di saat yang sama, seperti anak muda di era manapun, mereka berada dalam masa transisi yang terjadi di dalam dirinya, yaitu perubahan dari anak-anak menuju dewasa. Kegalauan menghadapi dua masa transisi sekaligus pada saat yang sama membuat banyak anak muda mendidih. Bagaikan bendungan yang jebol akibat derasnya luapan emosi, mereka melakukan apa saja asal teriakan mereka bisa didengar. Mereka tak peduli lagi dengan kord-kord njelimet ala Jimmy Page, atau suara melengking tinggi khas vokalis hair metal (grup rock yang anggotanya berambut gondrong). Gemerlap kostum para rock star papan atas dianggap bertolak belakang dengan realita. Mereka inginkan sesuatu yang lebih mampu merefleksikan keterpurukan massal yang terjadi pada saat itu.  

Resesi ekonomi juga membuat banyak bahtera rumah tangga terguncang dan berujung perceraian. Seorang anak lelaki korban perceraian di Seattle yang hobinya menggambar Donal Bebek dan mendengarkan The Beatles, berubah dari anak yang riang menjadi pemurung. Ia kecewa pada orang tuanya, malu pergi ke sekolah lantaran selalu di-bully karena dua orang tuanya tidak tinggal serumah. Pada usia belasan tahun ia membawa pakaian-pakaian dan rekaman Ramones-nya pergi dari rumah karena tak ingin merepotkan ibunya lagi. Ia tinggal di rumah kosong bersama teman-temannya, mabuk narkoba sambil menulis lagu. Nada-nada gitarnya sederhana dan mungkin sedikit sumbang, ia berteriak bukan bernyanyi di atas panggung bar-bar murahan. Gaya pakaiannya yang sederhana dan nada bicara sumpah serapah di kemudian hari akan menjadikannya idola. Betul, nama cowok itu Kurt Cobain.

Lahir Dari Kelemahan

Kurt dan teman sekolahnya, Chris Novoselic sama-sama suka The Melvins, grup rock AS dari tahun 1983 yang meng-cover lagu Jimi Hendrix sekaligus memainkan hardcore punk. Bersama Chad Channing (yang kemudian digantikan oleh Dave Grohl), mereka bertiga di bawah nama Nirvana merekam album pertama, Bleach. Album dengan lagu-lagu yang terinspirasi punk 80-an dan heavy metal 70-an dirilis tak lama setelah mereka menandatangani sebuah kontrak di tahun 1988 bersama Sub Pop, sebuah label rekaman asal Seattle, AS. Pada masa itu Seattle digambarkan sebagai sebuah kota yang sangat miskin, berpenduduk kaum pekerja, sebuah tempat dengan segala kekurangan. Sebuah kota kelas dua dengan music scene aktif yang diabaikan media AS. Dibandingkan Los Angeles yang era itu menjadi pusat musisi hard rock dan glam metal, gaung Seattle kurang gahar. Di kota inilah istilah grunge pertama kali diucapkan oleh Mark Arm, vokalis band Seattle, Green River (kemudian menjadi Mudhoney) di tahun 1981 dan muncul menjadi genre sempalan musik rock. Grunge secara harafiah berarti lemah, jorok, dan berlumpur. Konon, Kurt dikabarkan kurang suka dengan label grunge pada musiknya. Ia lebih suka disebut sebagai seorang punk daripada vokalis grunge. Label itu bisa jadi ada kaitannya dengan tembang-tembang dalam album Bleach yang diilhami sebuah poster anti AIDS tentang seorang pecandu sedang menyuntikkan heroin ke lengannya. Orang yang suka menyakiti dirinya sendiri akan selalu dianggap lemah, ya nggak? Dan Kurt ternyata bukan satu-satunya orang yang merasa dirinya lemah.

Kemiskinan bisa membuat orang merasa tak berdaya, itu bukan berita baru. Bagaimana jika perasaan tak berdaya itu bersarang di hati para muda? Sudah jelas para orang tua akan merasa kebingungan. Apa jadinya bangsa dan negara kita ini nanti, dsb? Sebuah situs menyatakan, ada tujuh tanda yang dimiliki orang berkepribadian lemah. Katanya, orang lemah adalah mereka yang sering komplain pada keadaan, mudah marah, menyerah tanpa berusaha, tak mau keluar dari zona nyaman, iri pada kesuksesan orang lain, dan mengabaikan saran orang lain. Jika tanda-tanda di atas dibaca oleh seseorang, dua orang, tiga orang atau sekelompok orang yang ingin memprotes kenaikan sebuah tarif, sedang emosi karena terjebak macet, tidak berbicara dalam debat untuk menghindari ketegangan, selama bertahun-tahun mengerjakan pekerjaan yang sama karena tidak ada pekerjaan lain yang tersedia, hendak memprotes seseorang yang sukses karena memiliki bukti bahwa karya si orang sukses adalah hasil plagiasi, dan bersikap hati-hati memilih nasihat, mungkin untuk sesaat ia akan merasa dirinya lemah. Dua masa transisi terjadi pada saat yang bersamaan menumbuhkan kesadaran terhadap ketertindasan. Sedangkan ketertindasan, menurut pandangan beberapa orang, seharusnya sudah cukup mampu mengubah kelemahan seseorang menjadi kekuatan. Bukankah dari ketertindasan akan muncul pembela kebenaran, persis seperti kisah film superhero? Menurut pandangan yang cukup dipercaya generasi muda pada saat itu, tak perlulah menjadi pahlawan. Sudah bisa bertahan hidup saja sudah bagus. 

Beruntunglah Kurt mendapat pengetahuan musik klasik semasa kecilnya. Ketakberdayaannya diekspresikan dalam bentuk lagu, direkam, lalu diperdengarkan dan dimainkan di depan anak-anak muda Seattle lainnya. Para penonton pun terperangah, terhipnotis untuk berteriak bersamanya. Album kedua Nevermind dirilis pada 1991, berhasil merajai puncak teratas tangga lagu di seluruh dunia selama 252 minggu, menjadi salah satu album rock terlaris sepanjang masa. Pencapaian fenomenal Kurt dan kawan-kawannya membuat anak muda Seattle ikut merasa bangga. Sebuah scene termarjinalkan berhasil mencatatkan namanya di peta musik internasional. Seorang pemadat lulusan SMA dari keluarga berantakan menjelma menjadi rock star, siapa yang menyangka?  Orang lemah tidak akan terpuruk selamanya, itulah yang dipercaya sekian anak muda kala itu. Akan ada masa ketika orang lemah bisa menegakkan kepala. Happy ending yang manis? Ternyata belum.

Inferior vs Superior 

Mirip seperti punk yang menjadi akarnya, grunge pun tumbuh sebagai subkultur. Band-band grunge awal merekam musik mereka di studio berbujet rendah, memproduksi zine fotokopian atau tulisan tangan, dan menulis lagu-lagu bertema ingin bebas, pertentangan antar kelas sosial dan atau kemurkaan. Pada saat yang sama mereka, termasuk Kurt, juga menulis lirik tentang keputusasaan, bunuh diri, depresi, kekerasan seksual, kehancuran rumah tangga, kecanduan narkoba, dan kebencian pada diri sendiri. Kemurkaan terhadap kondisi sekitar yang sama kuatnya dengan kemurkaan terhadap diri membuat mereka membutuhkan banyak energi untuk tetap bisa mengekspresikan ketidakpuasan ke dua arah yang berbeda. Ditambah dengan sugesti kaum lemah yang telah terlanjur tertanam sejak awal, mereka mudah merasa lelah jiwa raga dan mudah kehabisan energi untuk mengekspresikan ide-ide yang berteriak dalam kepala. Di tengah kelelahan itu heroin muncul sebagai obat kuat, sebagai substansi yang (menurut kesaksian seorang mantan pecandu) : ‘Rasanya seperti ledakan kecil kenikmatan murni. Semua terasa indah dan penuh rahmat. (Setelah menggunakan heroin) Aku mencintai segalanya.’ 

Tak ada halangan bagi batin yang tenang untuk menghasilkan karya-karya luar biasa. Akan tetapi ketenangan itu dicapai berkat campur tangan pihak ketiga, yaitu si heroin. Sama seperti seorang lulusan SMP dengan NUN biasa-biasa saja yang berhasil masuk SMA favorit melalui ‘jalan belakang’. Sama-sama dipaksa bertindak melampaui batas kemampuannya. Pun heroin adalah zat kimia yang membuat penggunanya merasa kurang ‘tinggi’ berapapun takaran yang dikonsumsi. Pada takaran tertentu penggunaan heroin bisa menyebabkan seseorang tidak hanya teler berat, tapi juga menjemput ajal. Jenazah Kurt Cobain ditemukan tiga hari setelah ia meninggal pada 8 April 1994 dengan luka tembak di kepala dan heroin melebihi ambang batas normal dalam tubuhnya. Diduga Kurt (yang di kemudian hari diketahui menderita sindroma bipolar) mengalami depresi berat akibat kesuksesan fenomenal Nirvana. Masa kecil yang kurang bahagia meninggalkan jejak inferiority complex dalam diri Kurt. Sebuah kecenderungan di mana seseorang merasa dirinya tidak berharga, takut gagal, ragu dan tidak pasti tentang dirinya sendiri, merasa dirinya tidak seperti standar yang berlaku. Keberhasilan menjadi rock star membuat Kurt menemukan apa yang ia cari selama ini, rasa bangga pada diri sendiri. Ia memang telah berusaha keras mempertahankan rasa bangga itu tetap ada, yaitu dengan menciptakan musik untuk bandnya. Namun, ia telah memilih jalan yang salah karena mengandalkan bantuan pihak ketiga (heroin) agar tetap bisa berkarya.

Banyak cara yang dilakukan manusia untuk menutupi kelemahan mereka, terlepas apakah kelemahan itu benar-benar ada atau hanya ada dalam pikiran mereka sendiri. Jika Kurt dan beberapa anak muda mencoba mengatasi rasa lemah dengan melarikan diri dalam pelukan heroin, ada sebagian orang yang menempuh jalan sebaliknya. Mereka mencoba membuat masyarakat sekitar melupakan fakta bahwa mereka memiliki kekurangan. Caranya adalah dengan memamerkan apa saja yang mereka miliki. Entah itu harta, keindahan fisik, kesuksesan dalam karir, pasangan yang cantik, anak-anak yang lucu, kecerdasan, dll. Kecenderungan ini merupakan kebalikan dari inferiority complex yang disebut superiority complex. Para ahli psikologi pun sepakat bahwa superiority complex adalah mekanisme bertahan seseorang dengan inferiority complex sebagai upaya aktualisasi diri di masa-masa sulit. Superiority complex jauh lebih berbahaya karena seseorang yang memilikinya bisa melakukan apa saja demi mempertahankan superioritasnya. Agar meraih sukses untuk selamanya, ia tak segan membabat habis apa saja yang menghalangi jalannya. Perbedaan prinsip dan pandangan adalah haram. Kritik dipandang sama dengan hinaan dan wajib dibasmi sampai ke akar-akarnya, tak peduli akar itu bernyawa atau tidak. Sungguh luar biasa bukan apa yang bisa dilakukan seorang manusia demi menutupi kelemahannya?
(swastantika) 
  

Ketika Self-Respect Sirna Ditelan Pragmatisme

Menarik janji dan pendirian seolah menjadi tren, dan para pelakunya pun tak lagi khawatir akan konsekuensi perilaku menyimpang semacam ini. ...